Kamis, 04 Maret 2010

Paradigma Pembelajaran ; Tugas Kelompok 3

Konstruktivistik

Konstruktivistik berarti bersifat membangun. Dalam pendidikan, Konstruktivisme merupakan suatu aliran yang berupaya membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern.

Kami mengambil jurnal yang isinya mengenai bagaimana guru dapat mengaplikasikan proses kontruktivis dalam proses belajar siswanya.

Quantum Learning

Quantum learning dicetuskan oleh Dr. George Lozanov. Quantum learning menggabungkan prinsip suggestology, teknik percepatan belajar dan NLP. Prinip suggestology adalah sugesti dapat mempengaruhi hasil belajar dan dapat memberikan dampak baik yang positif maupun yang negatif. Konsep percepatan belajar hampir sama dengan suggestology, percepatan belajar memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal. Neurolinguistik (NPL) adalah penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi.

Studi kasus yang kami ambil adalah yang berhubungan dengan holiday camp  yang diadakan oleh Adam Khoo Learning Technology Group (AKLTG). Menurut pembahasan kelompok, pembelajaran yang dilakukan dalam camp ini sesuai dengan metode quantum learning. Di camp itu, para coaches  dan trainers memberikan sugesti kepada anak-anak yang dapat memberikan dampak yang positif terhadap pembelajaran mereka, misalnya dengan mensugesti anak-anak untuk mengubah cara belajar mereka. Kemudian, anak-anak juga diajarkan bagaimana cara belajar dengan cepat dan juga menyenangkan dengan menggambar mindmap. Dan yang terakhir adalah anak-anak diajarkan bagaimana otak mengatur informasi dan mereka diajarkan teknik mengingat yang tepat. 

Contextual Teaching and Learning (CTL)

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi di dunia nyata siswa dan mendorong antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka. Proses belajar berlangsung alamiah dimana siswa yang bekerja dan mengalami. Siswa perlu mengerti makna belajar dan juga apa manfaatnya.

Kami mengambil kasus mengenai study tour yang dilakukan oleh siswa SMAN Plus ke Bali. Dalam study tour ini, siswa SMAN Plus datang dan melihat secara langsung keindahan Pulau Dewata dan juga tempat-tempat wisata yang ada disana contohnya Gunung Bromo. Guru tidak lagi memberikan keterangan kepada siswa, siswa belajar dengan mengalami dan melihat di lingkungan alamiah.

Multiple Intelligence

Gardner memetakan lingkup kemampuan manusia yang luas menjadi delapan kecerdasan dasar yaitu :

1.      Kecerdasan linguistik

Kemampuan menggunakan kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan.

2.      Kecerdasan matematis-logis

Kemampuan menggunakan angka dengan baik dan juga penalaran yang benar.

3.      Kecerdasan spasial

Kemampuan untuk mempersepsikan dunia spasial-visual secara akurat dan mentransformasikan persepsi tersebut.

4.      Kecerdasan kinetis-jasmani

Keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan dan ketrampilan menggunakan tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu.

5.      Kecerdasan musikal

Kemampuan menangai bentuk musikal dengan mempersepsi, membedakan, menggubah dan mengekspresikannya.

6.      Kecerdasan interpersonal

Kemampuan mempersepsikan dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi serta perasaan orang lain.

7.      Kecerdasan intrapersonal

Kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak sesuai pemahaman tersebut.

8.      Kecerdasan naturalis

Keahlian memahami dan mengkategorikan flora dan fauna di lingkungan sekitar.

Dalam perkembangan penelitiannya, Gardner kemudian menambahkan kecerdasan yang ke sembilan yaitu kecerdasan eksistensial. Kecerdasan eksistensial adalah kecerdasan yang berhubungan dengan kapasitas dan kemampuan.

Dalam studi kasus, kami mengambil artikel mengenai orang Yahudi. Dari pengamatan Dr. Stephen, anak Yahudi sangat cerdas. Mereka memahami tiga bahasa dan telah dilatih bermain piano dan biola sejak kecil. Pada kelas 1 sampai kelas 6 SD, mereka mempelajari matematika berbasis perniagaan. Saat sedang mengandung, para ibu bernyanyi, bermain piano, mengerjakan soal matematika dan makan makanan bergizi guna meningkatkan kecerdasan dari anak.

Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional adalah kemampuan individu dalam menggunakan emosinya secara efektif untuk mencapai tujuan, membangun hubungan yang produktif dengan orang lain dan meraih keberhasilan.

Dari kasus yang kami ambil, dapat diambil kesimpulan bahwa EQ adalah suatu hal yang penting bagi semua orang dimana EQ akan berdampak kepada perkembangan anak di masa depan. Masa kecil anak adalah waktu dimana anak-anak mulai mempelajari dan mengasah EQ mereka. Jadi, orang tua harus memberikan perhatian pada perkembangan EQ anaknya karena telah ditemukan kasus bahwa orang IT memiliki EQ rendah dan itu berdampak bagi kehidupan orang itu. Memang kita belum mengetahui apakah anak kita akan menjadi IT atau tidak, tapi tidak salah bagi orang tua untuk menaruh perhatian pada hal itu.



Perkuliahan online ternyata tidak semudah yang kami bayangkan. Perkuliahan ini kami mulai dengan kekacauan koneksi wifi dan kesulitan dalam men-sign in di gtalk. Setelah segala kesulitan teknologi teratasi, kami mulai mengerjakan tugas dengan searching di google. Di tengah kepanikan yang disebabkan kasus yang ingin kami cari belum ditemukan dan waktu yang semakin menipis, listrik tiba-tiba saja mati. Berhentilah segala aktivitas pencarian dan diskusi, kemudian di blog paedagogi muncul post baru yang memperpanjang batas waktu hingga jam 3. Batas waktu yang telah diperpanjang hingga jam tiga ini ternyata masih belum cukup. Syukurlah kemudian batas waktu kembali diperpanjang hingga Jumat jam enam. Kami pun akhirnya merencanakan untuk melakukan diskusi secara online pada jam delapan malam. Sambil berdiskusi, tak terasa waktu lewat dengan cepat dan akhirnya tugas ini baru selesai tengah malam. Namun, perjuangan kami tidak selesai sampai disini. Kami kembali menghadapi masalah dalam men-save hasil diskusi online kami. Setelah bertanya kesana kemari, akhirnya history chat kami disimpan dalam bentuk gambar yang terdiri dari 18 bagian dan dikarenakan ukuran gambar yang lumayan besar, sekitar 2mb per gambar, akhirnya rekaman diskusi kelompok kami pun tidak mampu kami attach di email. Jadi, akhirnya rekaman itu tidak bisa kami kirimkan.  


Referensi :

Riyanto, Yatim. (2009). Paradigma baru pembelajaran. Jakarta: Prenada.

Jumat, 26 Februari 2010

Tahapan Pembaruan Pendidikan Nisbet, Tugas Kelompok 2

1. Incres in Workload ( pertambahan beban kerja)
Harus ada persiapan awal dalam menghadapi pembaruan sehingga pada saat ada masalah, tidak kalang kabut.
Contoh : Pada saat pembuatan blog, kita mengumpulkan informasi dari orang-orang yang sudah bisa membuat blog. Jadi ketika ingin mempraktekkannya, kita tidak kalang kabut lagi.
2. Loss of Confidence ( kehilangan kepercayaan)
Sebelum melakukan pembaruan, guru harus mempersiapkan diri dengan memperkaya skill / keterampilan mereka dalam mengajar.
Contoh : ketika Orientasi Mahasiswa Baru, kita diajari dan diberi panduan oleh senior sehingga ketika kita sudah memasuki perkuliahan, kita tidak merasa canggung lagi.
3. Period of Confusion ( masa kacau)
Sebelum suatu sistem benar-benar masuk ke dalam sekolah, akan timbul masalah yang biasanya masih dalam batas-batas yang dapat ditangani.
Contoh : pada saat memasuki semester 2, kita mengalami kebingungan karena banyak presentasi dan adanya praktek yang dilakukan di luar kampus.
4. The Blacklash
Bila kita dihadapkan dengan suatu permasalahan, kita hendaknya menganalisis masalah itu dengan upaya pembaruan.
Contoh : ketika kita merasa sulit memahami suatu materi, kita dapat membuat mind map yang selain dapat memudahkan mengingat juga dapat mempercepat pembelajaran.

Kelompok 1

Tahapan Pembaruan Pendidikan Nisbet, Tugas individu

Menurut Nisbet, pembaharuan pembelajaran dapat dilalui melalui empat tahapan ujian. Jelaskanlah dengan kata-kata sendiri tahapan-tahapan tersebut. Beri contoh konkret yang menggambarkan proses pendidikan yang terjadi pada dirimu sendiri!
Jawaban:
1. The Incres in workload (pertambahan beban kerja), artinya pembaruan harus sudah dipikirkan dan dipersiapkan lebih awal agar tidak ketinggalan zaman. Persiapan lebih awal dilakukan agar pada waktu masalah/krisis datang, tidak sibuk lagi mencari jawabannya.
Contoh :
  • Pendidikan sudah menuntut penggunaan teknologi. Jadi, beberapa institusi pendidikan sudah perlu melakukan pembaruan dan mempersiapkan lebih awal bagaimana cara menerapkan pendidikan yang menggunakan teknologi. Hal ini penting agar institusi pendidikan dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perkembangan global yang ada dan terhindar dari masalah pendidikan. Persiapan awal tersebut terlihat dari adanya pembaruan di beberapa sekolah termasuk di kampus psikologi dengan menggunakan sistem pengajaran yang berbasiskan teknologi yakni dengan menggunakan komputer, screen, in-focus, proyektor.

2. Loss of Confidence (kehilangan kepercayaan), artinya mempersiapkan diri dengan mempertinggi skill dalam rangka menerima ide-ide baru sehingga tidak canggung lagi dan dapat secara aktif berpartisipasi terhadap ide-ide baru tersebut.
Contoh:
  • Ada beberapa sekolah yang sudah menggunakan teknologi dalam proses belajar-mengajar. Nah, dalam hal ini, baik guru maupun murid harus ditingkatkan skill nya dalam menggunakan teknologi agar mereka tidak canggung dalam menggunakannya. Cara meningkatkan skill, misalnya dengan melatih/training guru dan murid, serta membuka mata pelajaran aplikasi computer. Termasuk di mata kuliah paedagogi, saya pun belajar menggunakan blogspot sehingga saya bisa mengirim tugas melalui blogspot.

3. The period of confusion (masa kacau), artinya timbulnya kekacauan sebelum arah pembaruan yang diserap jelas tujuannya. Namun, dalam hal ini, masih ada batas-batas yang dapat ditanggung oleh pengajar tersebut.
Contoh:
  • Dalam menggunakan teknologi misalnya dalam mensetting in-focus atau membuat blogspot, pengajar maupun pelajar menemukan masalah/kekacauan tetapi masih bisa diatasi. Cara mengatasinya saya meminta bantuan pada teman bagaimana cara menggunakan teknologi tersebut, termasuk bagaimana cara membuat blogspot

4. The blacklash, artinya jika ada kasus-kasus yang timbul, misalnya rumus untuk evaluasi, hendaknya dipecahkan menurut upaya-upaya pembaruan.
Contoh:
  • Jika ada kasus ketidakadilan dalam ujian tertulis, misalnya dengan menyontek maka hendaknya dicari solusi dengan ujian lisan. Selain itu, penilaian juga tidak hanya diambil dari ujian tertulis (quiz,UTS,UAS) tetapi juga melalui keaktifan dalam kelas, kerja sama dalam tugas kelompok. Begitu pun demikian, jika nilai tugas saya rendah, saya berusaha untuk memperbaiki nilai di tugas lain, quiz, atau ujian lain

Referensi :
Salam, Burhanuddin. (2002). Pengantar Paedagogik. Jakarta : Rineka Cipta


Menurut Nisbet, pembaharuan pembelajaran dapat dilalui melalui empat tahapan ujian. Jelaskanlah dengan kata-kata sendiri tahapan-tahapan tersebut. Beri contoh konkret yang menggambarkan proses pendidikan yang terjadi pada dirimu sendiri!
Jawaban:
1.The Incres in workload (pertambahan beban kerja), artinya pembaruan harus sudah dipikirkan dan dipersiapkan lebih awal agar tidak ketinggalan zaman. Persiapan lebih awal dilakukan agar pada waktu masalah/krisis datang, tidak sibuk lagi mencari jawabannya.
Contoh :
 Pendidikan sudah menuntut penggunaan teknologi. Jadi, beberapa institusi pendidikan sudah perlu melakukan pembaruan dan mempersiapkan lebih awal bagaimana cara menerapkan pendidikan yang menggunakan teknologi. Hal ini penting agar institusi pendidikan dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perkembangan global yang ada dan terhindar dari masalah pendidikan. Persiapan awal tersebut terlihat dari adanya pembaruan di beberapa sekolah termasuk di kampus psikologi dengan menggunakan sistem pengajaran yang berbasiskan teknologi yakni dengan menggunakan komputer, screen, in-focus, proyektor.

2. Loss of Confidence (kehilangan kepercayaan), artinya mempersiapkan diri dengan mempertinggi skill dalam rangka menerima ide-ide baru sehingga tidak canggung lagi dan dapat secara aktif berpartisipasi terhadap ide-ide baru tersebut.
Contoh:
 Ada beberapa sekolah yang sudah menggunakan teknologi dalam proses belajar-mengajar. Nah, dalam hal ini, baik guru maupun murid harus ditingkatkan skill nya dalam menggunakan teknologi agar mereka tidak canggung dalam menggunakannya. Cara meningkatkan skill, misalnya dengan melatih/taining guru dan murid, serta membuka mata pelajaran aplikasi computer. Termasuk di mata kuliah paedagogi, kamipun belajar menggunakan blogspot sehingga kami bisa mengirim tugas melalui blogspot.

3. The period of confusion (masa kacau), artinya timbulnya kekacauan sebelum arah pembaruan yang diserap jelas tujuannya. Namun, dalam hal ini, masih ada batas-batas yang dapat ditanggung oleh pengajar tersebut.
Contoh:
 Dalam menggunakan teknologi misalnya dalam mensetting in-focus atau membuat blogspot, pengajar maupun pelajar menemukan masalah/kekacauan tetapi masih bisa diatasi. Cara mengatasinya dengan meminta bantuan pada teman bagaimana cara menggunakan teknologi tersebut.

4. The blacklash, artinya jika ada kasus-kasus yang timbul, misalnya rumus untuk evaluasi, hendaknya dipecahkan menurut upaya-upaya pembaruan.
Contoh:
 Jika ada kasus ketidakadilan dalam ujian tertulis, misalnya dengan menyontek maka hendaknya dicari solusi dengan ujian lisan. Selain itu, penilaian juga tidak hanya diambil dari ujian tertulis (quiz,UTS,UAS) tetapi juga melalui keaktifan dalam kelas, kerja sama dalam tugas kelompok.


Proses pendidikan yang ada pada diriku sendiri
Awalnya, saya cukup tidak tertarik dengan mata kuliah di psikologi pada semester 1. Pada semester 2, saya semakin disuntukkan dengan buku-buku pegangan psikologi yang berbahasa Inggris. Namun, saya harus belajar menyukai buku-buku yang berbahasa Inggris agar saya tidak ketinggalan dengan teman-teman lain. Pada semester 3, sudah mulai banyak tugas kelompok sehingga saya bingung tugas mana yang terlebih dahulu dikerjakan dan kurang komitmen dalam mengerjakan tugas kelompok. Pada semester 4 ini, tugas kelompok juga semakin banyak, tetapi saya sudah mulai beradaptasi dengan teman sekelompok karena saya ingin menjadi orang yang peduli dan mau bekerja sama.

Kamis, 18 Februari 2010

“Membuat Bintang dari Lima Batang Tusuk Sate menuntut Cara Bersosialisasi dan Berpikir Kreatif”

I. Model Pembelajaran Kooperatif ( Cooperative Learning )
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik sekaligus keterampilan sosial, termasuk interpersonal skill.
Falsafah yang menjadi dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah :
1. manusia sebagai makhluk social
2. gotong royong
3. kerja sama merupakan kebutuhan penting bagi kehidupan manusia
Misal : Sewaktu membentuk bintang dari kelima tusuk sate tersebut, kami sebagai anggota kelompok membutuhkan kerja sama. Ada yang memegang dan menekan tusuk agar tidak bergeser, ada yang berpikir dalam membentuk kerangkanya, lalu menggambarkannya dalam kertas kosong

Unsur yang ada dalam pembelajaran kooperatif yakni :
1. mengembangkan interaksi sebagai latihan hidup bermasyarakat
2. saling ketergantungan positi antar individu (tiap individu punya kontribusi dalam mencapai tujuan )
3. tanggung jawab secara individu
4. temu muka dalam proses pembelajaran
5. komunikasi antar anggota kelompok
6. evaluasi proses pembelajaran kelompok

Adapun lima prinsip yang mendasari pembelajaran kooperatif yakni :
1. Positive independence artinya adanya saling ketergantungan positif yakni anggota kelompok menyadari pentingnya kerja sama dalam mencapai tujuan
2. Face to face interaction artinya antar anggota berinteraksi dengan saling berhadapan
3. Individual accountability artinya setiap anggota kelompok harus belajar dan aktif memberikan kontribusi untuk mencapai keberhasilan kelompok
4. Use of collaboration/ social skill artinya harus menggunakan keterampilan bekerja sama dan bersosialisasi

Adapun kategori dalam Pembelajaran kooperatif yakni :
1. Individual : keberhasilan seseorang ditentukan oleh orang itu sendiri tidak dipengaruhi orang lain
2. Kompetitif : keberhasilan seseorang dicapai karena kegagalan orang lain (ketergantungan negatif)
3. Kooperatif : Keberhasilan seseorang karena keberhasilan orang lain; orang tidak dapat mencapai keberhasilan sendiri

II. Manusia Sebagai Makhluk Sosiobudaya
Pendidikan berlangsung saat ada pergaulan antara pendidik dengan anak didik. Baik pendidik maupun anak didik merupakan makhluk sosial yang saling berintegrasi, saling tolong menolong, ingin maju, berkumpul, menyesuaikan diri, dan hidup dalam kebersamaan. Pendidik sering memberikan instruksi dan anak didiknya melakukan instruksi tersebut.
Faktor-faktor manusia sebagai makhluk sosial, antara lain:
a) Sifat ketergantungan manusia dengan manusia lainnya. Pendidik dan anak didik saling membutuhkan, sesama anak didik pun saling membutuhkan. Kalau pendidik tidak ada, anak didik tidak dapat belajar dengan baik. Kalau tidak ada anak didik, pendidik tidak dapat mengajar.
b) Sifat adaptabilitas dan intelegensi. Manusia memiliki potensi untuk menyesuaikan diri, meniru, dan beridentifikasi, mempelajari tingkah laku.

Ada tiga fungsi terdidik yaitu :
a) Meneladani norma-norma dan nilai-nilai dari perilaku pendidik agar dapat beradaptasi secara tepat dengan lingkungannya
b) Berpartisipasi aktif melakukan apa yang diperankan pendidik. Anak didik belajar mencari, menemukan, dan merumuskan sendiri, belajar secara langsung menghadapi dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan serta belajar membandingkan atas hasil yang dicapainya

III. Faktor yang Mempengaruhi Sosialisasi
a) Faktor Organisme Biologis, yaitu perangkat jasmani/fisik seseorang yang berperan memberi perlengkapan dan berpotensi dalam mempertahankan hidupnya, atau merupakan alat dalam rangka interaksi dengan lingkungannya
b) Faktor lingkungan alami, yaitu benda nonmanusiawi lingkungan sekitar yang berperan memberikan tempat untuk mengembangkan tingkah laku
c) Faktor lingkungan sosial dan kebudayaan, yaitu lingkungan manusia dan hasil ciptaannya. Lingkungan sosial yaitu bentuk kehidupan bersama yang tercipta untuk mencapai kebutuhan dan tujuan bersama. Saat kita berinteraksi sosial dengan lingkungan sosial kita, ada suatu kreasi/hasil budaya yang diperoleh.

Adapun proses perkembangan dalam lingkungan sosial tersebut yakni :
a. Proses belajar sosial (process of social leraning). Manusia dalam kehidupannya belajar dari manusia lainnya. Adapun cara-cara yang ditempuh dalam proses belajar tersebut yakni :
1. Cara mengganjar dan menghukum. Bentuk-bentuk reinforcement yang digunakan untuk merangsang anak didiknya yakni :
 Bentuk verbal yaitu mengganjar atau memuji terdidik dengan perkataan, misal : kamu pandai dan rajin ya..
 Bentuk gestural yaitu memuji terdidik dengan gerakan badan atau mimik, misal : senyum, anggukan kepala, angkat jempol tangan
 Bentuk proximity yaitu memuji terdidik dengan mendekatinya, misal : duduk dengan kelompok terdidik
 Bentuk contact yaitu mengganjar terdidik dengan berhubungan langsung. Misal : membelai, jabat tangan
 Bentuk activity yaitu mereinforecement terdidik dengan cara ikut serta. Misal : membantu sesuatu hal yang sedang dikerjakannya
 Bentuk token yaitu memuji anak dengan memberikan hadiah material. Misal : memberikan permen, coklat.
2. Cara pencontohan dan peniruan. Dengan meniru tingkah laku, tertanamlah nilai-nilai, keyakinan, dan sikap
3. Cara pemberian informasi, baik melalui ceramah, mengajar, menjelaskan.
b. Hasil dari proses belajar tersbeut yakni berkembangnya kesetiaan sosial (formation of social loyalities)

IV. Kebudayaan sebagai Perangkat Norma
Kebudayaan terbentuk karena adanya hasil pemikiran manusia, kemauan atau norma-norma, dan perasaan seni, kreativitas yang berhubungan dengan proses pendidikan.
 Berpikir Kreatif. Kreativitas adalah suatu proses yang menuntut keseimbangan dan aplikasi dari kombinasi ketiga aspek esensial kecerdasan analitis, kreatif, dan praktis.
Orang yang berpikir kreatif selalu ingin tahu, ingin mencoba-coba, bersikap terbuka terhadap pengalaman baru, berpikir fleksibel, sanggup mengambil risiko, ada dorongan untuk membuat segalanya berhasil, dan intuitif dalam memecahkan masalah. Adapun tahapan-tahapan yang dilalui dalam penyelesaian kreatif yakni :
 Persiapan : mendefenisikan masalah, tujuan, dan tantangan
 Inkubasi : mencerna fakta dan mengolahnya dalam pikiran
 Iluminasi : mendesak gagasan bermunculan ke permukaan
 Vertifikasi : memutuskan apakah solusinya benar-benar memecahkan masalah
 Aplikasi : mengambil langkah menindaklanjuti solusi
Dalam berpikir kreatif, juga diperlukan brainstorming (curah gagasan ) yakni dengan mencatat gagasan-gagasan yang berkembang. Misalnya, dengan mengawalinya dari kertas kosong untuk memastikan bahwa masalah terdefenisikan dengan baik. Kami membuat gagasan-gagasan itu tertuang dalam kertas. Awalnya, kami menggambar kerangka bentuk bintang.

V. Pengaruh Kebudayaan terhadap Pendidikan
Pendidikan mempengaruhi dan dipengaruhi sistem sosial, ekonomi, kebudayaan, agama, politik. Pendidikan terlibat dalam semua jenis dan jenjang proses perkembangan sosial, baik dalam mobilitas soail, mobilitas geografis, penduduk, dan sistem sosial lainnya. Pendidikan dapat mengubah tingkah laku, sikap, dan kepribadian seseorang

VI. Nilai-nilai Sosiobudaya Bangsa
Nilai-nilai sosiobudaya suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain apalagi nilai-nilai yang dimiliki orang barat berbeda dengan orang timur. Dengan aturan yang ada diharapkan akan terjadilah kehidupan masyarakat yang harmonis, saling percaya, saling menghormati, dan saling membantu


Daftar Pustaka :
Riyanto, Yatim. Paradigma Baru Pembelajaran. Kencana, Surabaya : 2009
Salam, Burhanuddin. Pengantar Paedagogi. Rineka Cipta, Bandung : 2002.
.


Penulis : Lastiarma Laorenta Silalahi
Tanggal diselesaikannya tugas : 19 Februari 2010

Rabu, 17 Februari 2010

Tugas Merakit Bintang dengan Tusuk Gigi Yang Wow



Kelompok 1

Hari Kamis lalu (11 Februari 2010), kami diberi tugas oleh Bu Dina, tugasnya yaitu membuat rangkaian bintang yang tidak lepas dari 5 batang tusuk gigi dan akhirnya perjuangan kami pun dimulai.

Kelompok kami dengan susah payah merakit tapi tusuk gigi tersebut terlalu keras dan kalau patah tidak boleh ganti lagi dengan yang baru. Setelah sekian lama mencoba, rangkaian bintang itu tidak kunjung selesai.

Kemudian, karena tidak ada satu kelompok pun yang bisa merakitnya, maka Bu Dina membagikan 5 batang tusuk sate kepada masing-masing kelompok. Dengan menggunakan tusuk sate itu, kami mulai mencoba lagi. Pertama kami menggunakan metode trial and error,kemudian kami mencoba membuat sebuah gambar bintang terlebih dahulu di selembar kertas. Lalu, kami mulai menyadari kalau tusuk sate itu tidak akan bergeser bila tusuk satenya saling dikaitan dan saling tumpang tindih. Akhirnya, setelah 15-20 menit mencoba, dengan setiap anggota memegang ujung tusuk sate tersebut dan mengkaitkan ke hiasan, rangkaian bintang kami selesai.

Mengapa tidak bisa membentuk bintang dengan tusuk gigi, namun dengan tusuk sate bisa? Menurut kelompok kami, kendalanya yang dihadapai yaitu tusuk gigi yang terlalu pendek dan teksturnya agak keras sehingga tusuk gigi tersebut sulit untuk dikaitkan. Sedangkan tusuk sate agak panjang dan agak lunak dibagian tengahnya sehingga memungkinkan untuk dibengkokkan dan bisa dikaitkan dengan tusuk sate yang lain.