Senin, 05 April 2010

revisi contectual teaching and learning


5 komentar:

  1. (UAS)1. Lala, adakah yang dapat kamu jelaskan sehubungan dengan bagaimana kamu mengelola blogmu ini melalui pendekatan konstruktivis ?. Coba uraikan.

    BalasHapus
  2. Seperti halnya konstruktivisme merupakan suatu aliran yang berupaya membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern, demikian pulalah blogspot membuat saya mengalami proses pembelajaran yang lebih modern daripada tingkat pendidikan sebelumnya.
    Inti dari konstruktivisme yakni membangun pengetahuan itu di dalam pikiran seseorang, bukan seperti pandangan klasik yang memindahkan pikiran guru ke pikiran anak. Demikian pula, Ibu Dina melakukan metode tersebut dalam memotivasi kami untuk membuat blogspot. Pengetahuan kami tentang e-learning dibangun di dalam pikiran kami sendiri yakni dengan bertanya pada kami manfaat e-learning. Saat Ibu bertanya pada kami dan kami menjawabnya sendiri, maka pada saat itu juga timbullah kesadaran pribadi akan pentingnya e-learning.
    Setelah kami menyadari dan termotivasi, Ibu memberikan mediasi bagi kami untuk mempraktekkan e-learning tersebut yakni dengan memposting semua tugas di blogspot.
    Awalnya, saya memang bingung tentang pembuatan dan pengelolaan blogspot. Namun, banyak hal yang saya dapatkan dari pembuatan blogspot yakni perlunya kemandirian dalam belajar agar dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di tengah-tengah kebingungan saya dalam membuat blogspot, saya harus mencari tahu sendiri tentang cara-cara pembuatan blogspot. Sewaktu saya membuat blogspot ini, saya menyadari bahwa Ibu ingin memberikan kesempatan bagi kami untuk menentukan atau menerapkan ide-ide dalam pembuatan blogspot. Dalam hal ini, kami diberi kebebasan untuk mendesign blogspot kami sendiri, memposting tugas-tugas, dan bahkan Ibu juga memberi kebebasan bagi kami dalam menulis yakni menuangkan pikiran/ ide-ide kami dalam bentuk tulisan.
    Dalam kebingungan saya tentang pembuatan blogspot dan memposting tugas ke blogspot, saya dituntut untuk mampu bertanya. Jika saya tidak bertanya, maka saya tidak akan tahu sama sekali seperti pepatah yang mengatakan, “Malu bertanya, sesat di jalan”. Dalam hal ini, saya yang bertanya dan saya juga yang mencari sendiri jawabannya.

    BalasHapus
  3. Namun, yang menjadi kekurangan saya dalam pengelolaan blogspot ini yakni saya masih kurang bisa memanfaatkan blogspot sebagai sarana saya mengekspresikan diri. Selama ini, blogspot hanya saya gunakan untuk memposting tugas-tugas kelompok maupun tugas individu. Itulah proses evaluasi dan refleksi yang saya lakukan tentang penggunaan blogspot ini.

    BalasHapus
  4. (UAS) 2. Jawaban soal ini paling lambat saya tunggu hingga tanggal 13 Juni 2010. Menurut kamu, adakah teori paedagogi yang dapat menjelaskan alasan saya memperpanjang toleransi penyelesaian UAS no 2. ini? Coba uraikan.

    BalasHapus
  5. Menurut saya, teori yang dapat menjelaskan tentang pemberian toleransi waktu terhadap soal UAS yakni kecerdasan emosional.
    Berdasarkan teori, kecerdasan emosional adalah kemampuan individu dalam menggunakan (mengelola) emosinya secara efektif untuk mencapai tujuan, membangun hubungan yang produktif dengan orang lain dan meraih keberhasilan. EQ mencakup semua sikap atau kemampuan pribadi (personal competence), seperti:
    1.Mengenal emosi diri / kesadaran diri (self awareness)
    2.Mengelola emosi/ pengaturan diri (self regulation)
    3.Motivasi diri (self motivation)
    4.Mengenal emosi orang lain/ empati (social awareness)
    5.Membina hubungan social (social skill)
    Aplikasinya dalam pemberian toleransi waktu terhadap soal UAS yakni ibu sebagai individu pendidik telah berusaha mengelola emosi ibu yang sebenarnya jengkel saat melihat saya tidak secepatnya menyelesaikan soal UAS pertama (meskipun belum telat dari batas waktu pemostingan, red). Ibu masih memberi kesempatan pada kami agar mencapai tujuan pembelajaran seperti teman-teman lain yang terlebuh dahulu mendapatkan dua soal.
    Ibu mempunyai kelima-limanya dari personal competence tersebut. Mengapa saya mengatakan ibu mampu “mengenal emosi diri”?. Jawabnya karena Ibu mengetahui emosi apa yang dirasakan dan mengapa. Ibu mengenal emosi ibu yang pasti kewalahan memberikan soal kepada ratusan mahasiswa dan mengecek jawaban mereka apakah sudah diposting atau belum (stambuk ’09,’08,dan beberapa kakak stambuk).
    Mengapa saya mengatakan ibu mampu “mengelola emosi diri”?. Jawabnya karena Ibu bisa mengatasi kejengkelan ibu pada kami dengan memberi kesempatan menjawab soal kedua. Ibu mampu mengendalikan emosi diri agar tidak berdampak buruk bagi anak didik ibu. Ibu menaruh empati pada kami.
    Mengapa saya mengatakan ibu mampu “memotivasi diri”?. Jawabnya karena ibu bekerja lebih keras lagi dengan harapan anak didiknya bisa mencapai hasil pembelajaran yang baik. Ibu juga aktif dalam mencari peluang agar kami bisa menjawab 1 soal UAS lagi sebelum kami pulang kampung liburan.
    Mengapa saya mengatakan ibu mampu “mengenal emosi orang lain”?. Jawabnya karena Ibu memahami anak didiknya yang sedang sibuk dan suntuk belajar untuk mempersiapkan UAS mata kuliah lain sehingga menjadi kurang fokus mengerjakan soal paedagogi. Belum lagi jika anak didiknya sedang stress karena tidak berhasil menjawab soal mata kuliah lain. Namun, hal tersebut tidaklah menjadi alasan jika anak didiknya memiliki kecerdasan emosional yang baik untuk memahami emosi pendidiknya. (maaf ya bu, red).
    Mengapa saya mengatakan ibu mampu “membina hubungan sosial”?. Jawabnya karena melalui pertanyaan ini, ibu bisa mempengaruhi kami untuk memahami emosi ibu. Melalui pertanyaan tersebut, Ibu mengungkapkan emosi ibu. Terima kasih, Bu. Selamat liburan.
    Daniel Goleman berkata, “IQ hanya berkontribusi 20% untuk keberhasilan, sisanya 80% berasal dari faktor EQ”.

    BalasHapus