Kamis, 18 Februari 2010

“Membuat Bintang dari Lima Batang Tusuk Sate menuntut Cara Bersosialisasi dan Berpikir Kreatif”

I. Model Pembelajaran Kooperatif ( Cooperative Learning )
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik sekaligus keterampilan sosial, termasuk interpersonal skill.
Falsafah yang menjadi dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah :
1. manusia sebagai makhluk social
2. gotong royong
3. kerja sama merupakan kebutuhan penting bagi kehidupan manusia
Misal : Sewaktu membentuk bintang dari kelima tusuk sate tersebut, kami sebagai anggota kelompok membutuhkan kerja sama. Ada yang memegang dan menekan tusuk agar tidak bergeser, ada yang berpikir dalam membentuk kerangkanya, lalu menggambarkannya dalam kertas kosong

Unsur yang ada dalam pembelajaran kooperatif yakni :
1. mengembangkan interaksi sebagai latihan hidup bermasyarakat
2. saling ketergantungan positi antar individu (tiap individu punya kontribusi dalam mencapai tujuan )
3. tanggung jawab secara individu
4. temu muka dalam proses pembelajaran
5. komunikasi antar anggota kelompok
6. evaluasi proses pembelajaran kelompok

Adapun lima prinsip yang mendasari pembelajaran kooperatif yakni :
1. Positive independence artinya adanya saling ketergantungan positif yakni anggota kelompok menyadari pentingnya kerja sama dalam mencapai tujuan
2. Face to face interaction artinya antar anggota berinteraksi dengan saling berhadapan
3. Individual accountability artinya setiap anggota kelompok harus belajar dan aktif memberikan kontribusi untuk mencapai keberhasilan kelompok
4. Use of collaboration/ social skill artinya harus menggunakan keterampilan bekerja sama dan bersosialisasi

Adapun kategori dalam Pembelajaran kooperatif yakni :
1. Individual : keberhasilan seseorang ditentukan oleh orang itu sendiri tidak dipengaruhi orang lain
2. Kompetitif : keberhasilan seseorang dicapai karena kegagalan orang lain (ketergantungan negatif)
3. Kooperatif : Keberhasilan seseorang karena keberhasilan orang lain; orang tidak dapat mencapai keberhasilan sendiri

II. Manusia Sebagai Makhluk Sosiobudaya
Pendidikan berlangsung saat ada pergaulan antara pendidik dengan anak didik. Baik pendidik maupun anak didik merupakan makhluk sosial yang saling berintegrasi, saling tolong menolong, ingin maju, berkumpul, menyesuaikan diri, dan hidup dalam kebersamaan. Pendidik sering memberikan instruksi dan anak didiknya melakukan instruksi tersebut.
Faktor-faktor manusia sebagai makhluk sosial, antara lain:
a) Sifat ketergantungan manusia dengan manusia lainnya. Pendidik dan anak didik saling membutuhkan, sesama anak didik pun saling membutuhkan. Kalau pendidik tidak ada, anak didik tidak dapat belajar dengan baik. Kalau tidak ada anak didik, pendidik tidak dapat mengajar.
b) Sifat adaptabilitas dan intelegensi. Manusia memiliki potensi untuk menyesuaikan diri, meniru, dan beridentifikasi, mempelajari tingkah laku.

Ada tiga fungsi terdidik yaitu :
a) Meneladani norma-norma dan nilai-nilai dari perilaku pendidik agar dapat beradaptasi secara tepat dengan lingkungannya
b) Berpartisipasi aktif melakukan apa yang diperankan pendidik. Anak didik belajar mencari, menemukan, dan merumuskan sendiri, belajar secara langsung menghadapi dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan serta belajar membandingkan atas hasil yang dicapainya

III. Faktor yang Mempengaruhi Sosialisasi
a) Faktor Organisme Biologis, yaitu perangkat jasmani/fisik seseorang yang berperan memberi perlengkapan dan berpotensi dalam mempertahankan hidupnya, atau merupakan alat dalam rangka interaksi dengan lingkungannya
b) Faktor lingkungan alami, yaitu benda nonmanusiawi lingkungan sekitar yang berperan memberikan tempat untuk mengembangkan tingkah laku
c) Faktor lingkungan sosial dan kebudayaan, yaitu lingkungan manusia dan hasil ciptaannya. Lingkungan sosial yaitu bentuk kehidupan bersama yang tercipta untuk mencapai kebutuhan dan tujuan bersama. Saat kita berinteraksi sosial dengan lingkungan sosial kita, ada suatu kreasi/hasil budaya yang diperoleh.

Adapun proses perkembangan dalam lingkungan sosial tersebut yakni :
a. Proses belajar sosial (process of social leraning). Manusia dalam kehidupannya belajar dari manusia lainnya. Adapun cara-cara yang ditempuh dalam proses belajar tersebut yakni :
1. Cara mengganjar dan menghukum. Bentuk-bentuk reinforcement yang digunakan untuk merangsang anak didiknya yakni :
 Bentuk verbal yaitu mengganjar atau memuji terdidik dengan perkataan, misal : kamu pandai dan rajin ya..
 Bentuk gestural yaitu memuji terdidik dengan gerakan badan atau mimik, misal : senyum, anggukan kepala, angkat jempol tangan
 Bentuk proximity yaitu memuji terdidik dengan mendekatinya, misal : duduk dengan kelompok terdidik
 Bentuk contact yaitu mengganjar terdidik dengan berhubungan langsung. Misal : membelai, jabat tangan
 Bentuk activity yaitu mereinforecement terdidik dengan cara ikut serta. Misal : membantu sesuatu hal yang sedang dikerjakannya
 Bentuk token yaitu memuji anak dengan memberikan hadiah material. Misal : memberikan permen, coklat.
2. Cara pencontohan dan peniruan. Dengan meniru tingkah laku, tertanamlah nilai-nilai, keyakinan, dan sikap
3. Cara pemberian informasi, baik melalui ceramah, mengajar, menjelaskan.
b. Hasil dari proses belajar tersbeut yakni berkembangnya kesetiaan sosial (formation of social loyalities)

IV. Kebudayaan sebagai Perangkat Norma
Kebudayaan terbentuk karena adanya hasil pemikiran manusia, kemauan atau norma-norma, dan perasaan seni, kreativitas yang berhubungan dengan proses pendidikan.
 Berpikir Kreatif. Kreativitas adalah suatu proses yang menuntut keseimbangan dan aplikasi dari kombinasi ketiga aspek esensial kecerdasan analitis, kreatif, dan praktis.
Orang yang berpikir kreatif selalu ingin tahu, ingin mencoba-coba, bersikap terbuka terhadap pengalaman baru, berpikir fleksibel, sanggup mengambil risiko, ada dorongan untuk membuat segalanya berhasil, dan intuitif dalam memecahkan masalah. Adapun tahapan-tahapan yang dilalui dalam penyelesaian kreatif yakni :
 Persiapan : mendefenisikan masalah, tujuan, dan tantangan
 Inkubasi : mencerna fakta dan mengolahnya dalam pikiran
 Iluminasi : mendesak gagasan bermunculan ke permukaan
 Vertifikasi : memutuskan apakah solusinya benar-benar memecahkan masalah
 Aplikasi : mengambil langkah menindaklanjuti solusi
Dalam berpikir kreatif, juga diperlukan brainstorming (curah gagasan ) yakni dengan mencatat gagasan-gagasan yang berkembang. Misalnya, dengan mengawalinya dari kertas kosong untuk memastikan bahwa masalah terdefenisikan dengan baik. Kami membuat gagasan-gagasan itu tertuang dalam kertas. Awalnya, kami menggambar kerangka bentuk bintang.

V. Pengaruh Kebudayaan terhadap Pendidikan
Pendidikan mempengaruhi dan dipengaruhi sistem sosial, ekonomi, kebudayaan, agama, politik. Pendidikan terlibat dalam semua jenis dan jenjang proses perkembangan sosial, baik dalam mobilitas soail, mobilitas geografis, penduduk, dan sistem sosial lainnya. Pendidikan dapat mengubah tingkah laku, sikap, dan kepribadian seseorang

VI. Nilai-nilai Sosiobudaya Bangsa
Nilai-nilai sosiobudaya suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain apalagi nilai-nilai yang dimiliki orang barat berbeda dengan orang timur. Dengan aturan yang ada diharapkan akan terjadilah kehidupan masyarakat yang harmonis, saling percaya, saling menghormati, dan saling membantu


Daftar Pustaka :
Riyanto, Yatim. Paradigma Baru Pembelajaran. Kencana, Surabaya : 2009
Salam, Burhanuddin. Pengantar Paedagogi. Rineka Cipta, Bandung : 2002.
.


Penulis : Lastiarma Laorenta Silalahi
Tanggal diselesaikannya tugas : 19 Februari 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar